ICHSANUDDIN ISMA, SE, MM

VIRA CAKTI YUDHA 85

Kamis, 30 April 2009

PENUGASAN KOMUNIKASI MASSA
(Studi Kepustakaan Media Massa Republika dan Suara Pembaharuan)


1. Jelaskan secara detail apa yang diketahui tentang surat kabar Republika dan Suara Pembaruan, baik menyangkut organisasi perusahaan dan keredaksiannya, maupun isi serta gaya bahasa dari kedua surat kabar tersebut :

a. Republika. Republika merupakan koran Nasional yang pelopori penerbitannya oleh kelompok cendikiawan muslim publik di Indonesia. Penerbitan koran Republika ini merupakan bentuk dari upaya ke depan di kalangan umat Islam, khususnya para wartawan-wartawan profesional yang telah membuat beberapa perubahan baik fitur koran maupun komposisi isi berita. Di dukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dengan suatu terobosan dalam ruang gerak kebebasan pers yang dibatasi pemerintah mengajukan izin penerbitan saat itu memungkinkan adanya tujuan akhir yang jelas sehingga untuk pertama sekali oplah Republika diterbitkan pada tanggal 4 Januari 1993 dengan sambutan yang cukup positif dikalangan masyarakat. Koran ini diterbitkan oleh perusahaan PT Abdi Bangsa yang diprakarsai oleh mantan Presiden RI BJ Habibie, namun setelah BJ Habinie tidak lagi menjabat Presiden RI dan dengan berkurangnya peran politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, maka pada akhir tahun 2000, maka mayoritas kepemilikan saham koran Republika ini di ambil alih oleh kelompok Mahaka Media. PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi holding company, dan Republika berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Setelah terjadi pergantian kepemilikan, koran Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Namun harus diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat, karena itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas muslim Indonesia.

Susunan Redaksi Republika Tahun 2009 adalah sebagai berikut : Pemimpin redaksi : Ikhwanul Kiram Mahuri, Wakil pemimpin redaksi : Nasihin Masha, Redaktur Pelaksana : Arys Hilman, Wakil Redaktur Pelaksana : Agung Pragitya Vazza. Sedangkan Direktur Utama : Erick Thohir, Direktur Operasional dan SDM : H. Daniel Wewengkang, Direktur Pemasaran : Nuky Surachmad, Direktur Keuangan : Rachmat Yuliwinoto.

b. Suara Pembaruan. Suara pembaruan merupakan koran yang diterbitkan sebagai pengganti koran Sinar Harapan yang yang diberhentikan peradarannya pada masa era pemerintahan Pesiden Soeharto pada tahun 1986. Harian Sinar Harapan dibatalkan SIUPP – Nya pada tanggal 8 Oktober 1986, dan kemudian terbit kembali dengan nama Suara Pembaruan pada tanggal 4 Pebruari 1987. Penggantian nama ini beriringan dengan penggantian badan hukum yang mengelola penerbitan yaitu PT. Sinar Kasih sebagai penerbit Sinar Harapan diganti dengan PT. Media Interaksi Utama melalui SK Menpen RI nomor 224/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1987 dengan alamat redaksi Jl. Dewi Sartika 136-D, Jakarta dimana hampir seluruh dari wartawan Sinar Harapan ditampung, hanya pemimpin redaksi Aristides Katopo dan pimpinan umumnya H.G. Rorimpandey digantikan oleh Albert Hasibuan dikarenakan alasan operasional dan pengunduran diri.

Pimpinan umum G.R. Rorimpandey, merupakan Putra Minahasa kelahiran Poso, dan menjadi pelajar di Bandung pada masa mudanya. Ia tidak hanya menjadi pejuang dimasa perang revolusi kemerdekaan Indonesia. Tetapi lebih dari itu, membaktikan diri sebagai ”Perintis Pers Industri”. Namanya mulai mencuat ketika ditunjuk oleh kawan-kawan seperjuangannya, seperti ARSD ”Bart” Ratulangie, Ds. Wim Rumambi, Alex Wenas untuk mengelola harian Sinar Harapan, yang didirikan pada tanggal 27 April 1961 dan waktu itu berapiliasi pada Partai Parkindo, namun dalam perkembangannya media ini lebih berhaluan independen dan lebih mengarah kepada tendensius suatu agama, yaitu agama Kristen. Dalam membawa misi Kristiani dengan dasar semboyan ”Memperjuangkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Kasih”, media ini, karena begitu disegani mempertahankan nilai-nilai keadilan untuk kepentingan nasional dan rakyat banyak, hingga menjadi koran ketidakadilan di masa orde baru.

Susunan Redaksi Suara Pembaruan Tahun 2009 adalah sebagai berikut : Sebagai Dewan Redaksi : Sabam Siagian, dengan Wakil Dewan Redaksi : Dr. Sutarto, Soetikno Soedarjo, Baktinendra Prawiro, M.Sc, Dr. Anugerah Pekerti, Ir. Jonathan L Parapak, Bondan Winarno, Bara Hasibuan. Redaktur Pelaksana : Aditya L Djono, Dwi Argo Santosa dibantu oleh anggota-anggota redaktur lainnya, Sekretaris Redaktur : Rully Satriadi, Kabag Litbang, Data dan Informasi Dhewasari M Wardhani, Koordinator Tata Letak : Robert Prihatin dan Redaktur Situs Web : L. Estu Praptono.

2. Pada salah satu edisinya, Republika memuat laporan mendalam tentang diadukannya ke polisi seorang tokoh muslim yaitu Presiden PKS Tifatul Sembiring, terkait dengan pelanggaran kampanye Pemilu lebih awal dalam demo anti Israel atas serangan ke Jalur Gaza, dengan sudut pandang “membela” Tifatul. Sementara pada hari yang sama Suara Pembaruan memuat tentang dukungan yang kuat terhadap upaya pembentukan propinsi Tapanuli (Protap) yang dimotori tokoh-tokoh Kristen suku Batak. Jelaskan mengapa demikian dengan pendekatan teori Agenda Setting.

a. Teori Agenda Setting merupakan kemampuan media massa untuk menyampaikan kepentingan dari berita-berita yang ada didalam agenda mereka terhadap agenda yang ada didalam masyarakat. Berbagai level dari Agenda Setting adalah :

1) Agenda Setting Tingkat Pertama. Pada level ini media menggunakan obyek atau permasalahan untuk mempengaruhi masyarakat. Pada level ini media menyarankan kepada masyarakat apa yang mereka harus pikirkan.

2) Agenda Setting Tingkat Kedua. Pada level ini media memfokuskan diri terhadap karakteristik dari suatu obyek atau masalah tertentu dan media juga menyarankan kepada masyarakat bagaimana mereka harus berpikir terhadap masalah tersebut. Ada dua tipe atribute yang digunakan, kognitif (substansi atau topik) dan afektif (evaluatif atau positif, negatif, netral).



b. Dalam fungsinya agenda setting memilliki beberapa komponen yang saling terkait satu sama lainnya yaitu :

1) Agenda Media, yaitu merupakan wacana Isu-isu didiskusikan di dalam media.

2) Agenda Publik, merupakan Isu-isu didiskusikan dan secara personal berhubungan dengan anggota-anggota dari suatu komunitas atau masyarakat.

3) Agenda Kebijakan adalah Isu-isu yang dianggap penting oleh para pembuat kebijakan atau pemerintah.

4) Agenda Perusahaan yaitu Isu-isu yang dianggap penting bagi perusahaan dan pelaku bisnis.

Dari pemahaman pertanyaan di atas, Koran Republika jelas menggunakan pendekatan Agenda Setting Tingkat Pertama, yaitu dengan pemberitaan mengenai diadukannya ke polisi seorang tokoh muslim yaitu Presiden PKS Tifatul Sembiring, terkait dengan pelanggaran kampanye Pemilu lebih awal dalam demo anti Israel atas serangan ke Jalur Gaza dengan sudut pandang “membela” Tifatul, untuk mempengaruhi masyarakat dan apa yang mereka harus pikirkan, hal ini digunakan untuk menghasilkan opini dan membangkitkan emosi pembaca, sehingga pembaca tergugah dan mendukung upaya tokoh muslim yang dipelopori oleh PKS tersebut. Apalagi dikaitkan dengan rencana Pemilu yang menuntut kemenangan PKS itu sendiri sangat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan situasi dunia Islam, yang pada waktu itu kebetulan sedang terjadi serangan Israel Ke Gaza, sehingga dijadikan suatu momen kampanye terselubung untuk menarik simaptisan masyarakat.

Sedangkan Suara Pembaruan pada hari yang sama memuat tentang dukungan yang kuat terhadap upaya pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) yang dimotori tokoh-tokoh Kristen suku Batak. Dalam hal ini jelas Suara Pembaruan menggunakan Agenda Setting Tingkat Kedua. Dimana pada level ini media memfokuskan diri terhadap karakteristik dari suatu obyek, yaitu Propinsi Tapanuli Utara atau masalah tertentu, dalam hal ini menyangkut upaya tokoh-tokoh Kristen Suku Batak untuk berjuang mendirikan wilayah dengan latar belakang Kristiani dimana media juga menyarankan kepada masyarakat bagaimana mereka harus berpikir terhadap masalah tersebut.

Apabila kita lihat dari latar belakang kedua muatan berita dari media-media ini ini sangat berbeda dengan dua gaya pemberitaan yang nyaris berseberangan karakter, hal ini tentunya dilatarbelakangi oleh faktor fundamental dari misi masing-masing koran yang dibawa oleh kedua media tersebut. Republika berhaluan Islam sedangkan Suara Pembaruan berhaluan Kristiani. Namun dalam pemberitaan tersebut antara satu sama lain tidak ada hubungannya dan bukan merupakan suatu tandingan pemberitaan, melainkan semata-mata kesamaan peristiwa dan kesamaan kepentingan jurnalis masing-masing media dengan topik dan redaksi yang berbeda dengan model penyampaian masing-masing media yang didasarkan pada misi masing-masing.

3. Studi kasus. Pada acara sertijab Kasau (bintang 4), Dispenau mengundang wartawan untuk meliput kegiatan yang tentu saja menurut kalangan TNI AU sangat penting. Namun ternyata jumlah wartawan yang hadir jauh lebih banyak pada acara sertijab Kapolda Jaya (bintang 2). Mengapa hal itu bisa terjadi? Jelaskan dari sudut pemahaman anda tentang kepentingan wartawan dalam meliput suatu kegiatan.

a. Wartawan merupakan penyambung informasi yang disampaikan dalam sebuah berita terdapat subjektivitas penulis. Dimana dalam kehidupan masyarakat biasa, isi dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai naskah suci yang penuh dengan objektivitas. Namun bagi kalangan tertentu yang memahami gerak pers, akan menilai lebih dalam terhadap isi pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan misi tertentu. Seorang wartawan pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Hal ini akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pembaca. Pembaca akan lebih memahami mengapa seorang penulis memuat berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional.


b Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi, analisis bingkai, analisis wacana, dan analisis semiotik. Semuanya memiliki tujuan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan target pelaku analisis dalam menarik suatu kesimpulan untuk menarik perhatian pembaca. Dimana hampir sebagian kita ketahui bahwa media masa yang ada di Indonesia mempunyai area kerja sama berita yang luas, bukan hanya kalangan tertentu akan tetapi seluruh level masyarakat. Terdapat lima fungsi utama pers yang berlaku secara universal yaitu: Informasi, Edukasi/mendidik, Koreksi/kritik, Rekreasi/hiburan, Mediasi/perantara (penyambung lidah)

c. Pada pemberitaan mengenai Serah Terima Jabatan kasau dilihat dari sisi publisitas, universalitas dan objektivitas tidak sama dengan karakteristik pemberitaan yang lain. Pemberitaan tersebut memang tidak akan sama porsinya di setiap media, apalagi skala pemberitaan media yang ada di Indonesia yang memiliki lingkup nasional dan pada saat yang bersamaan ada pemberitaan lain yang lebih menarik dan informatif untuk diliput. Lain halnya apabila berita yang disajikan mengenai dunia kedirgantaraan, seperti demo udara, dimana melibatkan emosi dan imajinasi pembaca untuk ikut dalam agenda penulis. Konsep publikasi berita dan liputannya masih harus melalui beberapa tahap misalnya pihak redaksi yang masih harus mengedit ulang keseluruhan liputan sesuai dengan kepentingan media dan informasi apa yang dianggap layak atau penting untuk diinformasikan kepada masyarakat, dan apakah ada unsur lainnya yang terikat kepada pemberitaan tersebut.

d. Namun apabila dilihat secara realita pemberitaan mengenai sertijab Kapolda Metro Jaya jauh lebih dekat secara emosional dan sosial dengan masyarakat/pembaca dibandingkan dengan pemberitaan sertijab Kasau. Di dalam struktur sosial masyarakat, posisi Kepolisian sifatnya lebih dekat kepada semua lapisan masyarakat, semua orang lebih mengenal tugas Polisi yang memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat sehingga dapat memenuhi karakteristik universalitas dibandingkan dengan tugas Kasau, yang mungkin hanya kalangan tertentu yang mengetahuinya. Dalam hal ini, harus diingat sampai saat ini masyarakat masih banyak yang awan terhadap keberadaan TNI AU sementara media tujuan utamanya mencari populeritas dalam setiap pemberitaanya, sehingga pemberitaan tentang sertijab Kapolda jauh lebih menguntungkan media dalam mencari popularitas.

e. Maka jika dilihat dari sisi agenda setting, dapat digolongkan tingkat dua, dimana media memfokuskan diri terhadap karakteristik dari suatu obyek atau masalah tertentu dan media juga menyarankan kepada masyarakat bagaimana mereka harus berpikir terhadap masalah tersebut. Ada dua tipe atribute yang digunakan, kognitif (substansi atau topik) dan afektif (evaluatif atau positif, negatif, netral). Pemberitaan media mengenai sertijab Kasau mungkin dianggap tidak sesuai dengan agenda media dan agenda publik tapi lebih kepada agenda mengenai kebijakan tertentu, sehingga nilai jual berita tersebut sangatlah kecil, karena koran tetap berorientasi pada keuntungan maka oleh karena itu koran akan mengejar pemberitaan yang mudah diterima oleh publik secara sederhana dengan pengetahuan yang dimiliki publik.

4. Menurut anda, topik atau issue apa di lingkungan TNI AU yang bisa “dijual” kepada media, sehingga kegiatan TNI AU banyak diliput oleh media ? Langkah – langkah yang harus dilakukan, sehingga TNI AU makin populer ditengah – tengah masyarakat ?

a. Suatu media massa memiliki arti yang sangat penting dalam membentuk citra pribadi maupun suatu organisasi. Reformasi yang dilakukan oleh TNI dari dalam sudah menjadi agenda yang harus dilaksanakan, namun bagaimana publikasinya, menjadi kendala yang masih mengganjal. Dalam hal ini, peran dan fungsi dari Dinas Penerangan TNI baik tingkat Mabes TNI, Mabes TNI AU atau Kotama, sangatlah penting dalam bagaimana menciptakan suatu kondisi opini dalam masyarakat merasa perlu kehadiran TNI, masyarakat merasa perlu adanya TNI sebagai pelindung dan masyarakat harus merasakan peran aktif TNI bagi mereka. Maka diperlukan peran langsung serta pendekatan yang serius dari pimpinan terhadap unsur-unsur diluar TNI yang secara tidak langsung menjadi alat pemberitaan tentang pemberitaan citra TNI yang harus dibangun dalam masyarakat luas. Apabila kondisi tersebut dapat kita tercapai, apabila media masa dan masyarakat akan memberikan kontribusi informasi yang positif dan setiap kegiatan yang dilaksanakan akan mempunyai nilai positif dari segi jurnalistik.

b. Langkah utama yang harus dilakukan saat ini adalah, melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan memberikan tindakan yang nyata yang apresiatif sehingga dapat dilakukan secara kongkrit dirasakan oleh masyarakat. Peran dan tugas yang dilaksanakan oleh TNI sebagai alat keamanan adalah sesuatu yang dipersepsikan, kesan yang timbul setelah orang melakukan interaksi dengan obyek. Kuat tidaknya, baik positif maupun negatif, sebuah kesan tergantung dari intensitas, lama dan seringnya interaksi itu, karenanya peran dan fungsi sosial dimasyarakat harus tetap dipertahankan. Upaya peningkatan citra TNI pada umumnya dan TNI AU khususnya jangan bergantung hanya pada optimalisasi peran kehumasan atau Dinas penerangan dalam menjalankan tugasnya semata, namun yang lebih penting adalah, bagaiman menumbuhkan pencitraan, bahwa masyarakat merasa perlu adanya TNI AU, masyarakat membutuhkan TNI AU, masyarakat merasa tidak aman apabila tidak ada TNI AU dan masyarakat nyaman apabila dilindungi dengan TNI AU. Disamping melalui media, TNI AU harus melakukan komunikasi langsung kepada publik melalui tindakan yang menyentuh kepentingan masyarakat, wujudkan jati diri prajurit pejuang dan prajurit profesional bagi bangsa. Apa yang dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat akan menimbulkan kesan dan dukungan dari pada sekedar laporan di media massa.

c. Pembentukan citra yang dapat dibina dimasyarakat pada saat ini adalah mengenalkan lebih dahulu TNI AU kepada masyarakat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kedirgantaraan. Kegiatan yang bisa dijadikan pencitraan yang positif terhadap TNI AU, antara lain adalah Bakti sosial yang bukan hanya sekedar rutinitas, tetapi langsung dapat menyentuh masyarakat, lebih berani membuka diri dengan kehidupan masyarakat luas dengan memberikan kesempatan kepada prajurit TNI AU untuk maju dan berkembang tidak hanya di dalam lingkungan TNI AU, sehingga masyarakat bisa melihat kemampuan para prajurit TNI AU disamping itu, kebiasaan lama, yaitu memberikan hiburan kepada masyarakat awan seperti kegiatan yang bersifat pertunjukan kedirgantaraan dengan harapan dapat melibatkan emosi dan imajinasi masyarakat untuk melibatkan diri mereka terhadap hal yang mereka lihat, pertunjukan olah raga dirgantara atau pameran kedirgantaraan yang lain yang menarik untuk diliput masih bisa kita laksanakan. Dalam kurun waktu saat ini masyarakat saat ini belum mengenal peran dan tugas TNI AU sebagai penjaga kedaulatan negara di udara, sehingga masyarakat pun tidak mengenal keberadaan TNI AU secara optimal, untuk itu biar masyarakat lebih mengenal tugas dan tanggung jawab TNI AU, tunjukan kepada masyarakat umum eksistensi TNI AU sebagai komponen utama pertahanan negara.

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Archithings. Powered by Blogger